Hikayat Langlang Buana
![Hasil gambar untuk hikayat](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvBfdRj8X8k6X_dAANu9GMMQwTdYzesZMRiSR2LU-VRqQBdrvB0-gcN5SxIRE5pVQHvFlTfVaMG5rhyphenhyphenIp2EuIg51ftDm5hfjhZrXxVdrPdmKtC2JcJbnZa7-0Qyy_H3_6miXmN7XTcFRUG/s320/hikayat-bayan-budiman-1-638.jpg)
Bagaimana dengan Hikayat Parang Punting, apakah ceritanya menarik perhatian anda? Pada blog kali ini kita masih membahas mengenai hikayat zaman peralihan hindu-islam yang berjudul ”Hikayat Langlang Buana”. Namun sebelum anda masuk ke ceritanya, pastikan anda sudah membaca Hikayat Puspa Wiraja dan Hikayat Parang Punting yang ada pada pembahasan saya yang sebelumnya.
Hikayat Langlang Buana adalah hikayat yang sudah tua usiannya. Perkataan Arab yang terdapat di dalamnya jauh lebih sedikit daripada Hikayat Sri Rama versi Roorda Van Eysinga. Menurut H.C.Klinkert, “ hikayat ini tertulis dalam bahasa melayu yang masih murni, mungkin pada masa orang melayu masih belum mengenal bentuk syair Arab.” Dalam hikayat ini terdapat banyak pantun dan seloka, tetapi syair tidak ada sam sekali. (Ronkel, 1909:75-76). Di bawah ini disajikan ringkasan ceritanya, menurut naskah yang diterbitkan Balai Pustaka di Jakarta ( Hikayat Langlang Buana, Commissie Voor de Volkslectuur, 1913).
Hikayat Langlang Buana
Tersebutlah perkataan Maharaja Puspa Indra berputra seorang perempuan yang terlalu elok parasnya. Tiada taranya di dalam tanah keindraan itu. Warna tubuhnya seperti emas sudah gilang-gemilang, kilau-kilauan tiada dapat ditentang nyata. Maka dibuat baginda mahligai ditengah padang Pelanta Cairani untuk tempat tinggal anaknya yang dinamai Putri Kusuma Dewi itu. Adapun Putri Kusuma Dewi itu sudah bertunangan dengan anak Raja Indra Dewa yang bernama Raja Indra Syah Peri.
Tersebutlah perkataan seorang raja di tanah manusia, Lela Gambara nama negerinya. Adapun raja itu bernama Puspa Indra Kuci. Pada suatu malam, baginda bermimpi bertemu dengan seorang tua yang memintanya mengambil serumpun bunga melur, jikalau bertemu dengan bunga itu. Bunga itulah kelak yang menjadi anak laki-laki yang terlalu gagah berani. Maka baginda pun berbuat seperti suruhan orang tua itu. Setelah beberapa lamanya, permaisuri pun berputralah seorang laki-laki yang terlalu baik rupanya sebagai zamrud yang hijau. Maka itu diberi nama oleh baginda Indra Bumaya.
Syahdan Indra Buyama pun besarlah, makin elok parasnya, budi bahasanya pun terlalu baik, serta fasih lidahnya dan bijak pula mengerjakan pekerjaan. Hikmat peperangan pun habis dipelajarinya. Pada suatu malam, Indra Buyama pun bermimpi dibawa oleh seorang perempuan naik ke keindraan untuk melihat gambar Putri Kusuma Dewi. Sesudah melihat gambar itu, Indra Buyama pun jatuh pingsan tiada sadarkan dirinya. Setelah genap tujuh hari tujuh malam barulah ia sadarkan dirinya. Karena terlalu berahi akan rupa gambar itu, Indra Buyama lalu memohon izin ayahnya untuk mencari putri yang dimimpikannya itu.
Tersebutlah perkataan Indra Buyama mencari putri idamannya di sebelah matahari mati, keluar masuk hutan rimbayang besar dan padang yang luas. Segala binatang yang buas sekaliannya menundukkan kepala seperti orang memberi hormat kepada raja, Indra Buyama pun sampai disebuah gunung yang terlalu tinggi dan besar. Seorang perempuan menyuruhnya pergi berguru pada Sri Maharaja Sakti dan belajar hikmat tipu perang darinya. Dan untuk sampai ke tempat Sri Maharaja Sakti, Indra Buyama musti bertemu dengan Maharesi Antakusa dulu. Sebelum berpisah, perempuan itu masih memberikan Indra Buyama sebuah guliga yang boleh menjadikan berjenjis-jenis burung atau bunga melur.
Maharesi Antakusa menyambut kedatangan Indra Buysama dengan hormat serta memberitahunya, kalau Indra Buyama hendak beristrikan Putri Kusuma Dewi ia mesti pergi ke Maharesi Kesna Cendra. Diingatkannya kepada Indra Buyama supaya jangan jatuh cinta kepada seorang perempuan cantik di sebuah rumah di tengah jalan. Sebelum bercerai, Maharesi Antakusa memberikan Indra Buyama sebuah guliga yang dapat menurunkan angin, hujan, guruh, petir, serta mengeluarkan rakyat beribu-ribu.
Tersebutpula perkataan Indra Buyama sudah berjalan sampai dipadang Antah Berantah yang tetlalu permai rupanya. Di tengah padang itu, Indra Buyama bertemudengan seru,pun bunga melur dan seekor burung bayan yang pandai berkata-kata. Ketika bermain di padang itu, Indra Buyam pun melihat seekor kumbang hijau menjadikan dirinya sebuah rumah dan di dalam rumah itu ada seorang perempuan yang terlalu elok parasnya. Indra Buyama teringat dengan pesan Maharesi Antakusa dan hendak berjalan keluar, maka dilihatnya padang itu sudah menjadi laut. Indra Buyama marah dan mengancam akan membunuh perempuan itu. Perempuan itu takut dan memberitahu bahwa namanya ialah Candra Lela Nur Lela. Indra Buyama lalu mengakuinya sebagai saudara. Putri Candra Lela juga memberikan Indra Buyama satu kemala hikmat yang dapat mengeluarkan empar orang jin dari dalamnya.
Maka persahabatan Indra Buyama dan Putri Candra Lela pun kedengaran pada Raja Johan Syah Peri, tunangan tuan putri. Raja Johan Syah marah sekali dan datang menyerang Indra Buyama. Dalam peperangan yang berlangsung tujuh hari tujuh malam itu tidak ada yang tewas. Hatta Maharesi Antakusa pun tersadar akan perkelahian ini dan datang mendamaikan mereka. Maka Indra Buyama dan Raja Johan Syah pun mengaku bersaudara. Johan Syah Peri berjanji akan menolong Indra Buyama menyampaikan maksudnya itu, Indra Buyama pula membujuk Putri Candra Lela Nur Lela kawin dengan Johan Syah Peri. Hatta Johan Syah Peri dinikahkan dengan tuan putri. Berbagai permainan diadakan di istana Johan Syah Peri, terlalu ramainya.
Selang berapa lama antaranya, Indra Buyama pun bermohon pergi mencari Sri Maharaja Sakti. Ia diberi sibiji guliga dan suatu panah oleh Johan Syah Peri. Guliga itu dapat menghidupkan orang yang sudah mati hancur dan patah itu dapat membawa orang ke tempat yang jauhnya tujuh ratus tahun perjalanan dalam sekejap mata saja. Hatta Indra Buyama pun sampailah di suatu padang yang terlalu luas dan bertemu dengan suatu tsik yang seperti laut rupanya. Adapun di dalam tasik itu ada seorang peri yang terlalu besar kerajaannya. Adapun raja itu beranak seorang perempuan yang terlalu elok parasnya, Putri Mandu Ratna namany, umurnya baru empat belas tahun, “ tubuhnya seperti cermin dan rambutnya ikal dan bibirnya seperti delima merekahm, dahinya seperti sehari bulan, pipinya pauh dilayang, hidungnya bagai sekuntum melur dan dagunya laksana lebah bergantung, baik barang lakunya.”
Hatta Putri Mandu Ratna pun datanglah ke tasik itu untuk mandi. Ia berbedak, berlangir, bergosok-gosokan, terus dilihat oleh Indra Buyama. Maka Indra Buyam pun menjadikan dirinya seekor burung bayan yang terlalu indah rupanya. Ia membiarkan dirinya ditangkap oleh tan putri dan dibawa pulang ke Istana. Ia berpantun dan menceritakan negeri asalnyaserta tuannya Indra Buyama akan datang. Setelah seketika, ia pun menjadi seekor burung nuri, kemudian dia pun menjadi bungayang sudah dikarang terlalu indah rupanya. Setelah itu, ia pun menjadikan dirinya sebagai sediakala dan duduk di kanan Putri Mandu Ratna. Putri Mandu Ratna menyambutnya dengan gembira serta berbalas-balas pantun dengan dia.
Hatta Ayahanda tuan putri, Raja Baharum Dewa pun terlalu marah dan mengerahkan hulubalang tentaranya untuk menangkap Indra Buyama. Indra Buyama mencipta cin dari guliganya untuk berperang dengan segala hulubalang sambil membujuk tuan putri yang menangis karena ketakutan. Hatta Johan Syah Peri pun tersadar akan keadaan Indra Buyama dan datang membantu. Raja Baharum Dewa terlalu sukacita mendengar bahwa Indra Buyama adalah anak Raja Lela Gambara. Maka perang pun berhentilah dan Indra Buyama pun dikawinkan dengan Tuan Putri Mandu Ratna.
Hatta beberapa lamanya, Indra Buyama teringat akan Putri Kesuma Dewi, dan memohon akan meneruskan perjalanannya. Dengan bantuan Maharesi Kesna Cendra dan Langlang Buana serta menaiki anak patah yang diperoleh dari Johan Syah Peri, Indra Buyama pun sampailah di gunung Indra Nagar, tempat pertapaan Sri Maharaja Sakti. Tujuh bulan lamanya Indra Buyama di Indra Naga belajar berbagai kesaktian dan hikmat dari Sri Maharaja Sakti. Setelah itu Indra Buyama pun mencita Raja Johan Syah Peri yang segera datang. Maka bersama-sama mereka pun naik ke keindraan.
Seorang bidadari, Seludang ayang namanya, memberitahu mereka bahwa sukar sekali mereka hendak melihat Putri Kusuma Dewi, karena Putri Kusuma Dewi itu sudah bertunangan dan ditaruh oleh ayah bundanya dalam usungan kaca yang tujuh lapis tebalnya. Hatta Johan Syah Peri pun menjadikan dirinya orang tua bungkuk, sedangkan Indra Buyama menjadikan dirinya anak-anak yang baru tau merangkak. Maka orang tua itu membawa kanak-kanak ke segenap kampung bergendang seraya benyanyi dan menari. Hatta Putri Kusuma Dewi pun mendengar hal ini dan membawa mereka masuk ke dalam tempat tinggalnya. Setelah melihat tuan putri, maka Indra Buyama pun jatuh pingsan dan dipangku oleh tuan putri. Maka tuan putri meminta supaya Indra Buyama yang masih dalam rupa kanak-kanak itu tinggal di istananya. Setelah jauh malam, Indra Buyama pun mengembalikan dirinya sediakala. Maka tuan putri pun terkejut melihat seorang laki-laki yang terlalu elok rupanya itu memeluk dan menciumnya, dan hendak berlepas diri. Indra Buyama membujuknya dengan kata-kata yang manis. Tujuh hari tujuh malam lamanya, Indra Buyama di mahligai tuan putri itu. Tetapi hikayat tidak berakhir disini. Selanjutnya diceritakan bahwa Langlang Buana menceritakan seekor merak emas yang menerbangkan tuan putri ke gua batu yang dijaga seorang jin. Hanya sesudah menyelamatkan tuan putri dari jin ini dan mengalahkan tunangan tuan putri yang bernama Indra Syah Peri, barulah Indra buyama dapat hidup berbahagia dengan putri idamannya itu.
SUMBER
Dr. Liau Yock fang :Sejarah Ksusasteraan melayu klasik
Komentar
Posting Komentar