Hikayat Parang Punting

Apakah anda tau Hikayat Parang Punting? Hikayat parang punting merupakan hikayat yang termasuk ke dalam  karya kesusasteraan zaman peralihan Hindu-Islam.  Di blog sebelumnya kita sudah menceritakan hikayat puspa wiraja, Nah sebelum kita masuk ke ceritanya, simak dulu beberapa penjelasan di bawah.
    Hikayat Parang Punting adalah sebuah hikayat yang masih kuat pengaruh Hindunya. Dewa yang maha kuasa bernama Batara Kala dan dunia diperintah oleh raja-raja yang turun dari dikayangan. Sayembara juga diadakan untuk memilih suami untuk tuan puteri. Namun, naskah yang sampai kepada kita adalah naskah yang muda. Winstedt pernah membicarakan sebuah naskah yang ditulis di Singapura pada tahun 1920 (Winstedt, 1922e:62-66). Dewan bahasa dan pustaka juga ada menerbitkan satu naskah yang tersimpan di Museum Negara, Kuala Lumpur. Mungkin sekali naskah ini adalah salinan dari naskah yang pernah dibicarakan oleh R.O Winstedt. Di bawah ini disajikan ringkasannya :

HIKAYAT PARANG PUNTING

    Alkisah inilah hikyat Dewa Laksana Dewa, seorang dewa yang duduk di kayangan bersama-sama dengan Istrinya yang bernama Cahaya Khairani. Selang beberapa lamanya, putri Cahaya Khairani berputra seorang perempuan yang terlalu baik parasnya, Putri Langgam Cahaya namanya. Hatta Putri Langgam Cahaya pun besarlah, makin baik rupanya.
    Sekali peristiwa, Putri Langgam Cahaya bermain-main di taman sambil mengambil bunga-bungaan. Tiba-tiba seekor belalang hinggap kedada nya., maka Putri Langgam Cahaya pun menjadi berdebar-debar hartinya, tiada berketahuan rasanya. Hatta tuan putri pun bertemu dengan Mambang Segara Indra  yang sedang mandi di kolam dekat taman itu. Mambang Segara Indra tidak dapat menahan hatinya, lalu dipeluk dan diciumnya Tuan Putri Langgam Cahaya. Putri Langgam Cahaya marah dan berkata, jikalau Mambang Segara Indra beetul-betul sudi kepadanya, pinanglah dia pada orang tuanya. Dia tidak suka perbuatan Mambang Segara Indra yang tidak senonoh itu . Maka mambang Segara Indra pun merasa malu bercampur marah. Ia berniat mencari kesaktian untuk membalas dendam. Lalu diambilnya sekuntum cempaka dan dipujanya. Beberapa hari kemudian, tatkala tuan Putri bermain-main di taman, ia pun melontari tuan putri dengan bunga cempaka yang dipujanya. Buang cempaka tepat mengenai dada tuan putri. Beberapa lama antaranya, tuan putri buntinglah. Ayahandanya marah sekali dan menyumpahinya menjadi seorang perempuan yang jahat rupanya dan dibenci oleh semua orang. Hatta ia pun dibuang ke dunia.
    Putri Langgam Cahaya Berputalah seorang laki-laki yang terlalu baik rupanya di dalam hutan rimba. Ia tinggal disebuah rumah buruk yang ditinggalkan orang. setiap hari, ia pergi mengambil upahan untuk memberi makan dirinya dan anaknya. Ia bertemu dengan seorang tua yang murah hati terhadap dirinya. Dalam hal yang demikian, anaknya pun besarlah. Pada suatu hari, semasa ia pergi menga,bil upahan, datanglah seseorang yang membawa seekor anak ular kerumahnya. Anaknya membeli anak ular itu dengan secupak beras. Bila Putri Langgam Cahaya pulang, ia memarashi anaknya, karena sudah membeli anak ular yang tiada gunanya dengan beras yang dicarinya dengan susah payah. Tetapi anaknya berdiam diri, tiada apapun katanya. Selang beberapa hari, dibelinya seekor anak elang dengan secupak beras pula. Kemudian ia membeli pula seekor anak tikus putih dengan secupak beras juga. Bundanya hanya diam saja, tidak berkata apa-apa. Tetapi anak itu suka hati sekali. setiap hari, ia bermain-main dengan ketiga ekor binatangnya.
    Setelah beberapa lamanya, ular itu pun tumbuhlah culanya serta menjadi seekor naga yang terlalu elok rupanya. Sehari-hari ia naik di atas naga itu berjalan keliling kampung untuk bermain; burung elang itu melayang di aatas kepalanya sedang anak tikus mengiring dari kiri anak naga itu. Datanglah budak-budak kampung yang hendk bermain bersama-sama. Mereka memberikan dia beras dan berbagai buah-buahan. Syahbandar juga memanggilnya pergi bermain-main ke kampung Syahbandar dan memberikannya beras, padi, dan kain baju. Segala orang yang menengok juga memberi, masing-masing dengan kadarnya. Syahdan, raja di dalam negeri juga menyuruhnya bermain di dalam kota dan memberinya kurnia beserta kain baju dan beras padi banyak sekali.
   

Hatta beberapa lama anataranya, naga itu pun makin besarlah dan tiada dapat berendam di dalam sungai itu. Pada suatu malam, ia kembali dengan diam-diam kembali ke Tasik hijau, tempat datuknya. Anak tuan putri, selanjutnya disebut budak miskin, mengikutinya dari belakang dan diberi sebentuk cincin oleh raja naga, datuk anak naga yang dipeliharannya. Adapun cincin itu amat besar khasiatnya dan dapat memberi makan kepada seribu orang. Dalam perjalanan pulang, ia berhasil mencuri satu tongkat sakti dari seorang hulu balang naga yang ditugaskan untuk mengambil kembali cincin sakti yang sedah diberikan kepadanya. Kemudian ia memberikan tongkat sakti yang dapat mengeluarkan makanan ini kepada seorang tua untuk menukarnya dengan sebilah parang punting yang dapat mengerta dengan sendirinya. Syahdan ia pun bertemu kembali dengan ibunya yang sudah mulai kecemasan.

Tersebutlah perkataan Raja Indra Maha Dewa pergi ke pulau cahaya purnama berkaul untuk meminta anak. Dalam perjalanan pulang, baginda dihalang seekor raja naga yang terlalu besar. Hanya sesudah berjanji  akan memberikan anaknya kepada naga itu sebagai istri,kalau perempuan, barulah baginda dapat kembali ke Negri. Hatta berapa lamanya, permaisuri pun berputralah seorang perempuan yang terlalu baik parasnya, cahaya mukanya gilang gemilang seperti emp[at belas hari bulan. Maka dinamai baginda tuan putri Mengindra Sehari Bulan. Maka tuan putri pun besarlah, makin bertambah baik parasnya, dan patutlah sudah akan bersuami. Dalam pada itu, raja naga juga mengirim seorang utusan untuk menagih janji. Baginda ketakutan dan minta bertangguh tiga bulan untuk persiapan makanan. Dengan diam-diam, utusan juga dikirim kepada segala raja untuk meminta bantuan. Baginda berjanji akan memberi tuan putri kepada barang siapa yang dapat melawan raja naga. Maka segala raja-raja pun datanglah masing-masing dengan rakyatnya. Sebuah rakit lalu dibuat dan di atas rakit itu dibuat satu balai. Maka tuan putri pun duduk di dalam peti besi yang ada di dalam balai itu. Hatta rakit itu pun dibawa oranglah  kekuala negeri. Segala raja-raja pun mengikuti rakit itu dari belakang. Setiba di Kuala, raja naga itu menghembuskan napasnya kepada perahu yang ditumpangi oleh segala raja-raja, maka perahu-perahu itu pun terhumbalang (terguling-guling, pontang-panting) tiada tentu perginya. Yang tidak mabuk, hanyalah budak yang telah menyamarkan dirinya dan naik ke atas perahu. Syahdan segala raj-raja pun tidak berani mengikuti rakit itu pergi.

Maka budak miskin itu pun berkenalan dan berbalas-balas pantun dengan tuan putri. Dia juga sanggup melawan raja naga, jikalau tuan putri berikrar akan menjadi istrinya. Hatta segala naga pun datang mengusir rakit tuan putri. Budak miskin menyuruh parang puntingnya pergi mengerat kepala segala naga itu. Banyaklah naga yang dibunuh oleh parang punting itu. Segala burung elang juga datang menolong, dengan menerbangkan rakit itu ke tepi pantai dan mematuk mata segala naga. Maka penghulu naga pun memberitahu hal ini kepada rajanya. Raja naga lalu memanggil saudaranya yang besar seperti pulau itu. Saudaranya datang dan rakit tuan putri beserta budak miskin pun ditelan oleh naga itu.
Burung elang mengabarkan hal ini kepad anak tikus. Anak tikus lalu memberitahu Mambang  Segara Indra, ayahanda yang dikayangan tentang hal ini. Maka Mambang Segara Indra pun datang dengan segala mambang untuk melawan segala naga itu. Usir-mengusir, langgar-melanggar tiada berkeputusan terlalu ramainya perang itu. Banyaklah Mambang dan naga mati atau luka-luka. Diantara naga yang luka ialah naga yang menelan rakit itu. Hatta beberapa lama naga itu matilah, karena budak miskin yang di dalam perutnya itu memotong jantung serta membelah tubuhnya. Budak miskin juga bertemu dengan ayahandanya dan diberi nama Mambang Segara Beranta Indra.Tatkala Naga Gentala datang menyerang. Mambang Segara Indra pun menyuruh Ratna Gempita, naga di Tasik Hijau yang menjadi sahabatnya itu datang membantu dan menewaskan Naga Gentala. Hatta Rakna Gempita pun menjadi raja segala naga yang di dalam laut.

Hasil gambar untuk SASTRA 
Hatta ayahanda Raja Mambang Segara Indra pun hendak kembali ke keindraan dan memberikan anaknya, Mambang DewaKeindraan satu gemala hikmat yang dapat membuat negeri sesaat seketika. Dalam pada itu Mambang Dewa Keindraan juga sudah menyuruh Rakna Gempita mengangkat rakit itudan meletakkannya di tepi pantai. Setelah itu, ia pun mengucapkan selamat tinggal kepada tuan putri untuk pulang mendapatkan bundanya. Hatta segala anak-anak raja pun datang, masing dahulu-mendahului hendak mengambil rakit itudengan tempik soraknya. Semua anak raja mengaku telah melawan dan menewaskan naga itu. Hanyalah seorang anak raja yang berakal menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada ayahanda Tuan Putri serta menganjurkan supaya satu sayembara diadakan: barang siapa yang ditaburi bunga emas oleh tuan putri, dialah yang menjadi suaminya.
Maka berhimpunlah segala orang di dalam negeri. Seorang pun tiada ditaburi oleh tuan puteri dengan bunga rampai emas itu. Mambang Dewa Keindraan yang menyamar sebagai budak miskin itu juga disuruh berjalan di hadapan tuan puteri dan tuan puteri segera menaburinya dengan bunga emas. Maka persiapan bertandang mengarak tuan putri pun dijalankanlah. Dengan Guliga dari ayahandanya, Mambang Segara Indra menciptakan sebuah negeri yang lengkap dengan kota paritnya sekalian. Anak tikus putih yang tidk lain dari Dewa Indra Bayu juga disuruh pergi menjemput ayahanda Mambang Segara Indra. Raja elang yang tidak lain adalah Dewa Darkasilajuga melayang ke keindraan untuk menjemput Ninda Dewa Laksana Dewaturun kedunia serta melepaskan malapetaka  yang  di derit a oleh bunda Mambang Dewa Keindraan. Maka pada ketika yang sempurna, Mambang Dewa Segara pun dinikahkan dengan putri Mengindra Sehari Bulan dalam suatu majelis perkawinan yang meriah. Dalam perjalanan pulang, Mambang Dewa Keindraan terpaksa memerangi 99 anak raja yang hendak merebut tuan putri. Raja Elang dan Naga Rakna Gempita datang membantu, sehingga anak raja yang 99 orang itu banyak yang mati. Mana yang kena tangkap, semuanya  menyerahkan diri. Maka tetaplah Mambang Dewa Keindraan menjadi raja di dalam negeri Indra Maha Dewa, serta duduk bersuka-suka istrinya, Putri mengindra Sehari Bulan.


  

SUMBER
DR. LIAU YOCK FANG : SEJARAH KESUSASTERAAN MELAYU KLASIK

     

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hikayat Si Miskin atau Hikayat Marakarma ( R.O Winstedt, 1922a: 41-45)

Sastra Zaman Peralihan Hindu-Islam (Hikayat Puspa Wiraja)