Hikayat Si Miskin atau Hikayat Marakarma ( R.O Winstedt, 1922a: 41-45)
Hikayat Si Miskin
atau Hikayat Marakarma ( R.O. Winstedt, 1922a:42-45 )
Naskah
hikayat ini lumayan banyak. Di museum Jakarta ada lima; di Laiden dua; dan di
london satu. Hikayat ini sangat populer, pernah beberapa kali diterbitkan. ( (a).J.
S. A. Van Dissel: Hikayat Si Miskin, J. E. Brill, Leiden 1897. (b) Ch. Van Ophuijsen:
Hikayat Si Miskin, P. W. M. Trap Laiden 1916. (c) Datoek Madjoindo: Hikayat Si
Miskin, Djambatan & Gunung Agung, Djakarta). Biarun hikayat ini mengandung pantun
yang yang menyentuh tentang orang Nasrani dan Belanda, ia masih termasuk
hikayat zaman peralihan yang awal-awal. Perkataan Arab tidak banyak. Tetapi ada
tiga motif Hindu terdapat dalam hikayat ini, yaitu seperti ini.
1. Ahli
nujum yang curang
2. Dua
saudara berpisah, yang perempuan diambil istri oleh putra raja
3. Nahkoda
yang loba; mengambil istri dan orang lain.
Di bawah ini di sajikan ringkasan hikayat ini:
Tersebutlah perkataan seorang raja keindraan
yang kena sumpah batara indra. Adapun raja itu sekarang hidup laki-bini sebagai
seorsng miskin di negeri Antah Berantah yang diperintah oleh Maharaja Indra
Dewa. Ada pun pekerjaan si miskin mengelilingi negeri mencari rezeki setiap
hari. Tetapi kemana pun mereka pergi, mereka selalu dilempari orang dengan batu
dan kayu. Terpaksalah mereka makan ketupat dan buku tebu yang didapatinya dari
timbunan-timbunan sampah. Hatta beberapa lamanya bini si miskin pun hamillah
dan ingin makan mempelam yang ada di dalam istana raja. Biarpun gentar,
terpaksa juga si miskin meminta mempelam dari raja. Raja Antah Berantah dengan
suka memberikan mempelam itu. Beberapa lama kemudian, bini si miskin ingin
makan nangka yang di dalam istana pula, dan nangka itupun diberiakan juga oleh
raja. Si miskin keheranan.
Maka pada ketika yang baik, istri
si miskin pun beranaklah. Seorang anak laki-laki terlalu amat baik parasnya dan
elok rupanya. Maka anak itu dinamakan Marakarma, artinya anak di dalam
kesukaran. Sejak kelahiran anaknya, nasib si miskin pun berubah. Ia beroleh
emas yang terlalu banyak dengan tiba-tiba. Dengan memuja dewa, sebuah negeri
juga muncul. Ia menamakan negeri itu Puspa Sari dan dirinya Maharaja Indra
Angkasa. Istrinya menjadi Ratna Dewi. Tidak lama kemudian, seorang putri pula
kedunia. Putri itu dinamakan Nila Kusuma. Adapun negeri Puspa Sari makin ramai
penduduknya. Banyak saudagar yang datang kesitu. Raja Antah Berantah, Maharaja
Indra Dewa, menjadi masygul hatinya, sebab si miskin itu sudah menjadi raja besar.
Maka terbetiklah kabar si miskin mencari ahli nujum. Maharaja Indra Dewa lalu
menyuruh para ahli nujum mengatakan bahwa anak si miskin itu celaka adanya. Si miskin
termakan fitnah ahli nujum yang curang. Anak-anaknya lalu dibuang dari negeri. Sesudah
pembuangan anaknya, Puspa Sari pun terbakar dan si miskin menjadi papa seperti
semula.
Semasa dalam buangan, Marakarma
banyak mendapat kesaktian dari jin, raksasa dn ular. Pada suatu hari Marakarma
berhasil menangkap seekor burung. Karena saudaranya ingin makan burung itu,
pergilah Marakarma mencari api untuk memasaknya. Setelah sampai di dusun,
Marakarma ditangkap dituduh mencuri dan dipukul sampai mengkak-bengkak
tubuhnya. Marakarma pingsan dan diikat dengan tali lalu dibuang ke dalam laut.
Tersebutlah pula perkataan Raja
Puspa Indra dari negeri Pelinggam Cahaya. Adapun baginda mempunyai seorang
putra. Mengindra Sari namanya. Adapun putra baginda itu tidak mau beristri. Pada
suatu hari, Mengindra Sari pun pergi berburu. Didapatinya Nila Kusuma sedang
menangis di bawah pohon waringin. Nila Kusuma lalu dibawa pulang ke istana dan
dikawininya. Adapun Nila Kusuma itu diberi nama Mayang Mengurai.
Tersebut pula kisah Marakarma
yang dibuang ke dalam laut. Marakarma terdampar di tepi pantai. Adapun pantai
itu tempat raksasa-raksasa. Marakarma didapati oleh putri Cahaya Khairani, anak
Raja Malai Kisna, yang diculik raksasa untuk dimakan. Karena Putri Cahaya
Khairani masih kecil, maka di peliharanya. Putri itu menyembunyikan Marakarma. Kemudian
mereka bersama-sama melarikan diri dengan menumpang kapal yang mendekat ke tepi
pantai. Akhirnya raksasa itu mati terperosok ke dalam lubang ranjau yang digali
oleh Marakarma.
Timbul niat jahat dalam hati
nahkoda untuk memiliki putri Cahaya Kairani serta harta benda Marakarma. Marakarma
ditolaknya ke dalam laut. Seekor ikan pun menaruh kasihan pada Marakarma dan
membawanya ke negeri Pelinggam Cahaya tempat kapal itu singgah. Marakarma dipelihara
oleh nenek kebayan. Dari cerita nenek kebayan, tahulah Marakarma bahwa putri
Mayang Mengurai adalah saudara perempuannya. Dengan mengubah bunga, Marakarma
dapat berhubungan dengan istrinya, Cahaya Kairani. Putri Cahaya Kairani datang
ke istana dan menceritakan segala-galanya. Nahkoda kapal lalu ditangkap dan di
tepikan ke pinggir pantai. Maka semua orang pun bersuka-citalah.
Hatta bebrapa lama kemudian, Marakarma
pun kembali ke Puspa Sari. Didapatinya Puspa Sari sudah menjadi hutan rimba. Bundanya
menjadi pengambil kayu api. Marakarma memberitahu siapa dirinya yang sebenarnya
dan memohon supaya Puspa Sari berdiri seperti semula. Permohonan Marakarma dikabulkan
Dewata raya. Tidak lama kemudian, adiknya dan istrinya juga datang ke Puspa
sari. Puspa Sari makin makmur. Maharaja indra Dewa Antah Berantah menjadi makin
dengki dan menyerang Puspa Sari dengan bala tentaranya. Setelah peperangan yang
sengit, Maharaja Indra Dewa pun tewas. Putrinya dikawinkan dengan saudara putri
Cahaya Kairani. Mahakarma mengunjungi mertuuanya, Maharaja Malai Kisna, di
negeri Mercu Negara. Tidak lama kemudian, Mahakarma menjadi Sultan Mercu
Negara.
sumber: Dr. Liau Yock Fang: sejarah kesusasteraan melayu klasik
Komentar
Posting Komentar